Minggu, 15 Maret 2009
Minggu, 01 Maret 2009
Rambutan
DIMANAKAH LETAK POHON RAMBUTAN INI?
(Temukan jawabnya di bagian akhir postingan ini.)
Bulan Januari - Pebruari ini di Semarang sedang musim rambutan. Di pinggir jalan banyak penjaja rambutan. Per ikat rambutan merah dapat dibeli dengan harga hanya 2 ribu rupiah saja. Sudah mengalami penurunan dari yang sebelumnya 2500 – 3000 rupiah. Namun belum tentu memenuhi kriteria kita terhadap rambutan yang enak. Ada varian lain yang disebut rambutan kelengkeng. Ukurannya lebih kecil, bentuknya seperti bola, warnanya kuning kehijauan. Harganya 2x lipat lebih mahal.
Dalam kesempatan wisata buah ke perkebunan Ngebruk miliki pak Budi, adik Kwik Kian Gie, saya membeli rambutan super binjai yang besar, manis dan ngelotok ( daging buahnya mudah mengelupas dari bijinya). Merasa puas dengan kriteria buah rambutan yang enak menurut saya, timbul keinginan untuk membuat bibitnya.
Setiap biji rambutan yang kita makan di kemudian hari berpotensi menghasilkan ribuan rambutan lainnya. Maka jangan sia-siakan sebuah biji rambutan. Mari kita lestarikan dengan menanamnya sekarang. Setelah makan buah yang enak jangan lupa anda bisa beramal dengan sebuah biji yang berubah menjadi bibit tananam buah. Setelah menjadi bibit siap tanam anda dapat mensedekahkan bibit tersebut kepada mereka yang membutuhkan. Panti asuhan, misalnya. Atau nanti anda nikmati di kebun sendiri.
Jangan lupakan proses pertumbuhannya. Anda dapat mengagumi ciptaan Sang Pencipta dengan mengamati proses perubahan dari sebuah biji hingga muncul akar, tunas, batang, daun, dan pada akhirnya nanti, buah yang kita panen. Memang butuh waktu lebih lama dari sekedar mencangkok. Namun itu tak masalah, karena kita akan menikmati prosesnya, bukan semata-mata hasil akhirnya. Kalau hanya hasil akhirnya, kita beli saja. Habis makan, habis perkara.
(Temukan jawabnya di bagian akhir postingan ini.)
Bulan Januari - Pebruari ini di Semarang sedang musim rambutan. Di pinggir jalan banyak penjaja rambutan. Per ikat rambutan merah dapat dibeli dengan harga hanya 2 ribu rupiah saja. Sudah mengalami penurunan dari yang sebelumnya 2500 – 3000 rupiah. Namun belum tentu memenuhi kriteria kita terhadap rambutan yang enak. Ada varian lain yang disebut rambutan kelengkeng. Ukurannya lebih kecil, bentuknya seperti bola, warnanya kuning kehijauan. Harganya 2x lipat lebih mahal.
Dalam kesempatan wisata buah ke perkebunan Ngebruk miliki pak Budi, adik Kwik Kian Gie, saya membeli rambutan super binjai yang besar, manis dan ngelotok ( daging buahnya mudah mengelupas dari bijinya). Merasa puas dengan kriteria buah rambutan yang enak menurut saya, timbul keinginan untuk membuat bibitnya.
Setiap biji rambutan yang kita makan di kemudian hari berpotensi menghasilkan ribuan rambutan lainnya. Maka jangan sia-siakan sebuah biji rambutan. Mari kita lestarikan dengan menanamnya sekarang. Setelah makan buah yang enak jangan lupa anda bisa beramal dengan sebuah biji yang berubah menjadi bibit tananam buah. Setelah menjadi bibit siap tanam anda dapat mensedekahkan bibit tersebut kepada mereka yang membutuhkan. Panti asuhan, misalnya. Atau nanti anda nikmati di kebun sendiri.
Jangan lupakan proses pertumbuhannya. Anda dapat mengagumi ciptaan Sang Pencipta dengan mengamati proses perubahan dari sebuah biji hingga muncul akar, tunas, batang, daun, dan pada akhirnya nanti, buah yang kita panen. Memang butuh waktu lebih lama dari sekedar mencangkok. Namun itu tak masalah, karena kita akan menikmati prosesnya, bukan semata-mata hasil akhirnya. Kalau hanya hasil akhirnya, kita beli saja. Habis makan, habis perkara.
Langganan:
Postingan (Atom)