Selasa, 12 Mei 2009
Pi Ba, Buah Eksotis Dari Cina
Ada juga mangga yang berwarna ungu. Namun aku lebih tertarik pada sebentuk buah yang belum ada di Indonesia. Bentuknya bulat seukuran kepalan tangan. Warnanya orange. Sekilas melihatnya menimbulkan rasa penasaran. Seperti apa rasanya? Lalu saya membeli 1 kg. Harganya 6 yuan dengan kurs sekitar 1.800 rupiah. Bagaimana cara makannya ya? Apa dipotong, dikupas, atau langsung dimakan? Aku mencoba mengupas kulitnya dengan kuku. Ternyata kulitnya sangat tipis. Ternyata mudah sekali membuka kulitnya dengan kuku. Seperti mengupas kulit bawang.
Baunya wangi, dagingnya empuk. Rasanya hampir seperti mangga, daging buahnya lembut. Isinya keras, bentuknya pipih tebal, letaknya ada di tengah. Warnanya coklat mengkilat. Dalam satu buah bisa berisi 3 biji. Kalau dikupas dalamnya berbentuk seperti gambar di samping ini. Begitu digigit, airnya keluar. Daging buahnya manis. Makan sebuah? Gak cukup lah yaw. Penginnya lagi, lagi, dan lagi. Tapi buah ini kan gak bisa dibawa pulang ke Indonesia. Jadi gimana?
Kayaknya bijinya bisa dibawa pulang untuk ditanam. Sampai di rumah, aku siapkan 15 botol aqua tanggung. Aku isi dengan campuran media tanam dan humus. Lalu aku benamkan ke-15 biji buah pi ba ke dalam tanah di dalam botol. Cukup lama aku menunggu tunasnya keluar. Penasaran, aku bongkar isinya. Ternyata, sudah terbentuk 2 akar berwarna putih memanjang ke bawah dari salah satu sisi biji pi ba. Setelah terjawab penasaranku, aku tanam lagi si biji pi ba. Akhirnya di hari ke-26 aku menemukan salah satu dari ke-15 biji telah bertunas. Warnanya putih setinggi 1 cm dari permukaan tanah. Ujungnya melengkung mencium tanah. Sepintas seperti huruf U terbalik. Bentuk pohonnya seperti apa ya?
Aku berkhayal sekitar empat tahun kemudian tunas pi ba sudah menjelma menjadi pohon yang berbuah lebat di sebidang tanah yang sudah kupersiapkan. Puas rasanya melihat kebun dengan buah pi ba yang bergerombol menggantung ranum. Aku bisa merasakan kembali lezatnya buah pi ba. Aku bisa panen dari ke-15 pohon pi ba yang aku miliki. Sebagian buah diberikan ke tetangga dan teman. Selebihnya bisa dijual ke pasar swalayan atau lewat internet. Siapa yang mau pesan? Nanti ya, tunggu empat tahun lagi.
Ternyata produksinya melimpah. Ada ancaman pembusukan yang lebih cepat. Harus ada satu cara untuk menjual dengan kemasan yang bagus. Aha, dijadikan manisan saja. Orang akan lebih mudah mengkonsumsinya. Praktis, tinggal tusuk pakai garpu dan nyam-nyam. Atau dibuat selai, untuk variasi makan roti tawar sambil ngopi di sore hari. Asyik juga ya.
Minggu, 15 Maret 2009
Minggu, 01 Maret 2009
Rambutan
(Temukan jawabnya di bagian akhir postingan ini.)
Bulan Januari - Pebruari ini di Semarang sedang musim rambutan. Di pinggir jalan banyak penjaja rambutan. Per ikat rambutan merah dapat dibeli dengan harga hanya 2 ribu rupiah saja. Sudah mengalami penurunan dari yang sebelumnya 2500 – 3000 rupiah. Namun belum tentu memenuhi kriteria kita terhadap rambutan yang enak. Ada varian lain yang disebut rambutan kelengkeng. Ukurannya lebih kecil, bentuknya seperti bola, warnanya kuning kehijauan. Harganya 2x lipat lebih mahal.
Dalam kesempatan wisata buah ke perkebunan Ngebruk miliki pak Budi, adik Kwik Kian Gie, saya membeli rambutan super binjai yang besar, manis dan ngelotok ( daging buahnya mudah mengelupas dari bijinya). Merasa puas dengan kriteria buah rambutan yang enak menurut saya, timbul keinginan untuk membuat bibitnya.
Setiap biji rambutan yang kita makan di kemudian hari berpotensi menghasilkan ribuan rambutan lainnya. Maka jangan sia-siakan sebuah biji rambutan. Mari kita lestarikan dengan menanamnya sekarang. Setelah makan buah yang enak jangan lupa anda bisa beramal dengan sebuah biji yang berubah menjadi bibit tananam buah. Setelah menjadi bibit siap tanam anda dapat mensedekahkan bibit tersebut kepada mereka yang membutuhkan. Panti asuhan, misalnya. Atau nanti anda nikmati di kebun sendiri.
Jangan lupakan proses pertumbuhannya. Anda dapat mengagumi ciptaan Sang Pencipta dengan mengamati proses perubahan dari sebuah biji hingga muncul akar, tunas, batang, daun, dan pada akhirnya nanti, buah yang kita panen. Memang butuh waktu lebih lama dari sekedar mencangkok. Namun itu tak masalah, karena kita akan menikmati prosesnya, bukan semata-mata hasil akhirnya. Kalau hanya hasil akhirnya, kita beli saja. Habis makan, habis perkara.
Senin, 23 Februari 2009
Nangka
Ngomong-ngomong tentang jus, kalau lagi ke Semarang, coba mampir ke warung jus Poppy di seberang RS Dr. Kariadi. Wah mak nyuzz tenan. Disamping kental, harganya relatif murah. Jusnya banyak pilihan lagi. Ada yang namanya vario, yang ini jus dicampur dengan biskuit Oreo. Belum lagi mixed juice yang pilihan buahnya bisa kita tentukan sendiri. Kalau ke Semarang jangan lupa nyoba ya. Pasti ketagihan.
Rasa kangen di negeri orang juga membuat mbak Theresa pengin menikmati beton nangka. Mbak Theresa coba bayangin, nangka di atas enak nggak? Pasti enak ya. Betonnya gede lho, empuk dan manis lagi. Buah nangka, yang punya nama latin artocarpus heterophyllus, banyak disukai orang. Ketika masih mentah pun sudah jadi buruan orang untuk dijadikan gudeg. Ketika sudah matang juga bisa dibuat nyamikan nangka goreng. Resepnya boleh dilihat di blog www.ikobana.blogspot.com.
Kembali ke proses pembelian nangka di atas. Ketika aku masuk jalan Suyudono dari arah Tugu Muda Semarang, aku melihat ibu penjual nangka punya dagangan yang istimewa. Nangkanya berbentuk besar, berwarna oranye. Sudah terbayang kelezatannya ketika masuk mulut nanti. Segera aku beli beberapa kg. Di beberapa kali acara kantor aku sering bawa nangka yang dijual si ibu.
Sampai di rumah segera aku cuci, dan aku santap satu demi satu. Ternyata memang luar biasa, dagingnya tebal, rasanya manis sekali. Bahkan biji nangkanya sudah mulai keluar tunasnya. Wah nangka ini matang sekali. Aku pikir ini akan menjadi bibit yang bagus. Aku segera siapkan beberapa gelabot untuk wadah bibit. Setelah aku buat tiga lubang di bagian bawahnya, segera aku isi tanah hingga 1 cm sebelum bibir gelabot. Aku ambil biji nangka satu demi satu. Aku benamkan ke dalam tanah di dalam gelabot sampai kedalaman sekitar 1 cm di bawah permukaan tanah.
Kalau makan buah nangka mungkin sudah sering. Lihat pohon nangka mungkin sering juga. Tapi pernah nggak lihat beton tumbuh jadi tanaman nangka. Nah aku memang lagi meneliti pertumbuhan nangka. Di gambar-gambar berikut ini perhatikan bahwa beton membelah sehingga bagian atasnya terbuka dan muncullah tunas. Semula tanaman ini tumbuh lurus ke atas sekitar 10 cm. Kemudian muncul daunnya satu persatu. Perhatikan pada gambar-gambar berikut ini ya.
Senin, 16 Februari 2009
Jangan Buang Gelas atau Botol (gelabot) Bekas Air Mineral Anda
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa sampah plastik tak bisa terurai. Jika gelas plastik atau botol plastik bekas air mineral yang dikonsumsi dibuang begitu saja, berapa banyak sampah tak terurai bakal tercipta? Kasihan dong bumi kita. Jadi kotor dan tidak segar. Masa kita mewariskan sampah kepada anak cucu. Lebih baik kita wariskan pohon buah untuk mereka.
Kita harus berterimakasih kepada para pemulung. Mereka akan mengumpulkan satu demi satu gelas dan botol yang kita buang, yang selanjutnya kita sebut gelabot saja. Setelah diikat jadi satu, kumpulan gelabot akan disetorkan ke pengepul. Ditukar menjadi uang yang diharapkan bisa menjadi sekedar pengganjal perut. Dan kekotoran di muka bumi sedikit berkurang.
Yang menjadi masalah adalah sikap kita. Kita sering minum air mineral untuk mendapatkan kesegaran kerongkongan. Ketika hajatan, atas nama praktis, kita tak menyajikan teh dalam gelas. Beli saja air mineral. Dan hasilnya adalah sampah gelabot. Apakah kita akan ikut-ikutan membuang gelabot begitu saja? Jangan!!! Ayo kita berpartisipasi dalam gerakan Bumiku Hijau.
Ada dua hal yang bisa kita lakukan. Pertama, manfaatkan gelabot. Kedua, mari menanam pohon. Kita akan fokus pada tanaman buah, seperti durian, nangka, rambutan, dan kelengkeng. Mengapa? Enak. Di kemudian hari, bisa kita konsumsi sendiri, atau bibitnya kita sedekahkan kepada mereka yang membutuhkan. Panti asuhan, misalnya.
Bagaimana keduanya bisa berhubungan? Hubungannya erat sekali. Gelabot bisa menjadi wadah bakal pohon yang akan kita tanam. Bagaimana caranya? Ada tiga ukuran gelabot yang akan kita pakai.
1. Gelas ukuran 240 ml
2. Botol ukuran 600 ml
3. Botol ukuran 1500 ml
Ketiganya bisa kita jadikan wadah bakal pohon, seperti polybag. Jangan lupa lubangi bagian bawahnya, supaya air tidak menggenang.
Gelas 240 ml
Gelabot ini bisa langsung dipakai setelah bagian bawahnya dilubangi. Sebetulnya, bagian gelabot yang dilubangi bisa juga sisi-sisi sekeliling gelabot. Namun atas nama estetika mengalirnya air, lebih baik gunakan bagian bawah gelabot.
Untuk melubangi gelabot bisa digunakan paku, silet, cutter, atau pisau runcing. Paku kita gunakan untuk mendapatkan lubang berbentuk lingkaran. Silet – cutter – pisau, untuk mendapatkan lubang berbentuk sayatan, segi tiga, atau kotak. Cukup buat tiga lubang saja dengan diameter sekitar satu centimeter.
Selanjutnya, isi gelabot dengan tanah atau pupuk kandang hingga sekitar 1 cm sebelum bibir gelabot. Tekan tanah sebelah atas di bagian tengah untuk mendapatkan cekungan bagi biji tanaman buah yang akan kita tanam. Tutup dengan tanah sehingga permukaan kembali rata. Kedalaman biji dalam tanah sekitar 1 cm saja, supaya tunas dapat muncul dengan lebih mudah.
Botol 600 ml
Gelabot ini kita pakai tanpa bagian leher botol. Siapkan silet, cutter, atau pisau bergerigi untuk memotong bagian atas gelabot. Pemotongan dilakukan tepat di atas label air mineral untuk mendapatkan keseragaman bentuk dan keindahan warna label air mineral ketika kita menatanya. Selanjutnya isi gelabot dengan tanah hingga sekitar 1 cm di bawah bibir, lalu masukkan biji ke dalamnya.
Jangan buang bagian atas gelabot. Kita bisa gunakan untuk menutup gelabot berwujud gelas sehingga mendapatkan bentuk kombinasi yang lebih cantik. Sebaiknya setiap pemotongan dilakukan dengan rapi, sehingga kita bisa mendapatkan bentuk yang rapi pula. Ternyata ketika kita memandang hasil karya kita, keindahan ini bisa memberi kesejukan bagi jiwa yang lelah. Puitis ya.
Botol 1000 ml
Sama dengan gelabot botol 600 ml, botol 1500 ml kita potong tepat di bagian atas label. Setelah kita isi tanah hingga sekitar 1 cm di bawah bibir gelabot, biji buah kita masukkan ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar 1 cm di bawah permukaan tanah. Kalau gelas 240 ml atau botol 600 ml lebih kita gunakan untuk pembibitan, botol 1500 ml kita gunakan untuk transisi setelah tumbuh tunas sebelum kita pindahkan ke tanah sebagai terminal pohon yang selanjutnya.
Kita gunakan botol 1500 ml dengan pertimbangan sebagai pohon berakar tunjang, buah seperti durian, nangka, rambutan dan kelengkeng memiliki akar yang panjang. Akarnya bisa menyentuh bagian bawah botol 1500 ml sebelum kita pindahkan ke lokasi tanam sesungguhnya. Dengan kemasan botol 1500 ml pula kita akan mudah memindahkan banyak tanaman bibit pohon buah ke lokasi tanam. Gunakan saja kardus pembungkus botol air mineral untuk mempermudah pengangkutan. Dengan demikian 24 bibit tanaman pohon buah hanya membutuhkan tempat satu kardus saja. Praktis ya.
Minggu, 25 Januari 2009
Arti Sebuah Pohon
Sudahlah jangan terlalu pusing untuk mencari jawabnya. Andaipun jawaban anda nggak benar, saya juga nggak akan marah kok. (Lho punya hak apa kok saya harus marah?) Sebagian besar dari anda pastilah agak sulit mengingat jawabnya. Sudah terlalu lama memori itu terkubur dalam ingatan kita. Sudah terlalu banyak aneka pohon yang terakumulasi dalam benak kita. Sudah terlalu sulit membongkar kembali potongan-potongan memori tentang sebuah pohon yang pertama kita kenal. Apalagi kalau harus mengungkap detil si pohon ya.
Kita ganti saja dengan pertanyaan lain. Apa manfaat sebuah pohon? Nah, saya mendengar berbagai jawaban. Dan semuanya benar. Ya, pohon bisa kita petik buahnya untuk dimakan. Daunnya sebagian bisa jadi sayur, jadi obat, jadi pembungkus, jadi ..... Rantingnya bisa jadi kayu bakar. Batangnya bisa jadi bahan bangunan. Akarnya bisa jadi bahan kerajinan kayu. Akarnya juga bisa menahan air sehingga kita punya lebih banyak sumber air. Akar pohon juga bisa mencegah erosi. Wah banyak sekali ya. Lainnya ditulis di selembar kertas. Besok dikumpulin ya. Terima kasih.
Sehubungan dengan gerakan bumiku hijau, pohon di taman bisa menjadi paru-paru kota. Lebih banyak lagi oksigen diproduksi bila lebih banyak pohon ditanam. Lebih banyak lagi tempat teduh tempat kita bisa duduk menikmati semilir angin lalu. Bagaimana kalau yang ditanam pohon buah-buahan? Wah, bakal lebih banyak lagi buah yang bisa kita panen. Bayangkan, buah apa yang menjadi favorit anda? Kita bisa tanam pohon itu di depan atau di halaman rumah kita. Bayangkan kita menanamnya sedari kecil. Kita melihat proses pohon itu tumbuh kian besar. Bukankah kita terlibat aktif dalam menyiram dan memupuknya?
Ketika ternyata pohon buah tersebut tumbuh subur, kita melihat bunganya mekar. Perlahan mulai kelihatan bakal buah yang masih kecil. Hari berganti dan buah terlihat semakin besar. Bukan hanya satu, ada beberapa. Ada puluhan. Wah indah sekali. Sudah terbayang saat kita panen nanti. Menikmati pohon buah dari halaman sendiri kesannya lain dibanding kita beli di supermarket atau di pasar tradisional. Apa lagi kalau rasanya ternyata mak nyus. Menyenangkan sekali. Ngomong-ngomong anda ingin menanam pohon buah apa?